Hamudi Setiyawan Prabowo: Realitanya ngga gitu!!!

Realitanya ngga gitu!!!

Entah kenapa setelah gw membaca curhatan orang di Facebook, gw jadi teringat dan pengen bercerita akan kisah tragis yang dialami ama sodara sepupu gw. Sebut saja namanya Romeo (bukan nama sebenarnya), nama sebenarnya sih Setya Harmono.
Alkisah Romeo adalah seorang pemuda dengan perawakan layaknya seorang atlit, memang sih dia pernah menyabet runner up dalam kejuaraan adu bebas se Indonesia mewakili daerah Ngawi. Dia juga pemuda yang disegani di daerahnya karena kepiawaiannya dalam beladiri, jagoan lah. Seperti umumnya seorang centeng, dalam menyelesaikan masalah lebih suka dengan cara fisik. Hal inilah yang menyebabkan cewe dari kalangan baik-baik enggan menjalin hubungan dengannya.
Mungkin karena citranya yang seperti preman, misalnya apabila naik angkutan umum, dia cukup dengan melambaikan tangan sebagai pengganti tarif. Tapi percayalah, dia bukan tipe cowo yang berani menentang ibunya, bahkan bila seandainya ibunya menyuruh ia untuk mengarungi samudra pasific, maka dengan patuh dia akan melaksanakannya. Tapi namanya nakal tetaplah nakal, dan kenakalan itu akan berakibat pada nasibnya kelak.
Suatu hari dia berkenalan dengan seorang cewe, yang juga merupakan kembang desa, sepertinya dia dapat dikategorikan "cantik" dari sudut pandang penampilan. Sebut saja namanya Juliet (juga bukan nama sebenarnya), nah kalo yang ini penulis bener-bener lupa. Hubungan mereka mulanya tidak disetujui oleh orang tua si gadis, namun karena kepiawaiannya dalam berbahasa jawa krama inggil yang baik dan benar, akhirnya sang ayah percaya bahwa dia adalah cowo yang bertanggung jawab pada anaknya, jujur dapat dipercaya, mampu menghormati orang tua, punya pengaruh yang besar, dan pastinya dari kalangan berada. Alhasil hubungan antara Romeo dan ayah si gadis layaknya seorang teman.
Romeo sangat mejunjung tinggi kehomatan Juliet, ia tidaklah memanfaatkan kesempatan yang ada dengan mengikuti bisikan setan. Tidak menodai kesuciannya, ngga seperti yang kujumpai selama tinggal di Jakarta yang pagi berjumpa, siang menyusuri jalan sambil pegang tangan, sore bersilat lidah mengadu kepiawaian bercumbu, malam bertempur mesra, dan besok pagi sadar kalau mereka lupa kenalan. Inilah sikap sejati pria yang memuliakan wanita, pria yang bisa memanusiakan manusia.
Romeo ini juga merupakan tipe cowo pencemburu, yang jeleknya tidak segan untuk memamerkan jurusnya kepada cowo yang dilihatnya sengaja menggoda Juliet. Menurutku Juliet menerima cinta Romeo karena dia merasa aman dan terlindungi. Bayangin aja, semenjak mereka jadian, tidak ada lagi cowo yang berani menggoda Juliet, yah tentu saja kecuali orang yang ngga tau.
Untuk menggapai cita-cita, pergilah Romeo ke Jakarta untuk menjadi TNI. Maklumlah, garis keluarga gw adalah satria. Sejak zaman Majapahit, moyang gw adalah seorang prajurit dengan pangkat senopati. Mungkin secara bawah sadar memiliki jiwa bela negara yang besar, begitu pula dengan gw, tapi jujur gw ngga ada minat untuk menjadi angkatan, gw paling benci rutinitas dan kehidupan monoton. Kembali kekisah kita, berbagai tes telah diikuti oleh Romeo untuk diterima sebagai abdi negara. Namun karena sebuah penyakit yang dia derita, ia harus menelan pil pahit yang bernama kekecewaan. Ia harus pulang ke kampung tanpa baju loreng dan baret.
Tak mau berlarut dalam kekecewaan, dia pergi menemui Juliet sang pujaan hati, tempat berlabuh perahu kerinduan, melemparkan sauh kasih sayang, dan menambatkan tambang pengikat perahu cinta mereka agar tak lepas lagi. Kepada Julietlah dia akan berbagi keluh kesah, pengorbanan dari perjalanan panjang pencarian jati diri. Dengan bangga ia akan bercerita, bahwa kegagalan kali ini adalah kegagalannya yang sukses. Yup, Romeo berhasil menemukan bagian dari dirinya yang selama ini hilang, yaitu sikap lapang dada, kesabaran dalam bertindak, dan memberi maaf kepada orang lain.
Dengan langkah tegap bak prajurit menang perang sambil menenteng harta rampasan, ia menuju rumah Juliet. Namun apa yang terjadi, janur kuning telah melengkung, tenda berdiri megah, meja kursi tersusun rapi, para sesepuh ngudud sambil ngopi. Ini bukanlah acara khusus yang diadakan untuk menyambut kedatangannyanya, ini lebih mirip resepsi perkawinan. Akhirnya dia duduk di deretan kursi paling belakang, diam terpaku mematung dalam kebingungan. Tak lama kemudian, datanglah ayah Juliet dengan tergopoh dan tak kuasa membendung air mata yang tumpah. Dan ia bercerita dengan didampingi pak RT, pak RW, pak KaDes, dan juga pak Camat, katanya "anakku hamil tiga bulan dengan orang yang kini jadi suaminya, aku minta maaf karena tak bisa menjaga anakku sepeninggalmu, kumohon dengan sangat agar kamu bisa ikhlas menerimanya". Pak KaDes menambahkan "jangan kau balas kebencianmu dengan kekerasan". Pak haji menambahkan "Allah mencintai orang-orang yang sabar". Romeo menjawab "injih pak!! kalau begitu saya pamit dulu, udah dari tadi nahan kebelet pengen berak".
JDUUAARRR, bagai petir di siang bolong, Romeo pergi dengan membawa dua kekecewaan. Pertama, kekasih pergi diambil orang. Kedua, ia pergi ke kondangan tapi lupa makan. Nasib... Nasib... Yah apa boleh buat, nasir sudah jadi tukang bubur. Janji ingin jadi cowo baik-baik telah menguap bersama teriknya mentari. Wanita yang dianggapnya imut, lugu, alim dan suci itu ternyata ular berbisa. "Tau begini, sebelum ke Jakarta kusemai dulu benih cintaku di ladangnya"... Anjriiit...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "Realitanya ngga gitu!!!"

  1. Unknown says:
    28 Desember 2010 pukul 07.06

    Ckakekakek. .
    Gw suka kata-kata yg terakhir tuh. . .
    "Tau begini, sebelum ke Jakarta kusemai dulu benih cintaku di ladangnya"... Anjriiit...

    -like this-

Posting Komentar