Sebuah Awal Dari Yang Keempat
Sepenggal catatan untukmu belahan jiwaku
Karna ku tak bisa menuliskan puisi tentangmu
Tentang daya tarik akan segala pesonamu
Pesona yang membuatku merasa rendah
Rendah pada pada rasa kagum terindah
Kekaguman terindah dari sebuah anugrah
Sungguh tak mampu kuungkapkan hasratku
Pena ini dalam menorehkan kata terlalu kaku
Sementara kertasku hanya diam membisu
Kalimat yang tertuang saling bentrok beradu
Antara ego dan ketaklukanku akan dirimu
Seakan pecah melebur menyisakan noktah
Memberi harapan akan lenyapnya gundah
Aku berserah bukan berarti aku menyerah
Kutancapkan cinta itu padamu dalam kisah
Dalam ruang hati dan dalam aliran darah
Pada segenap rasa yang sangat ingin kuraih
Hanya padamu dan tak kan pernah beralih
Yang tiada kuasa aku membuatmu bersedih
Aku kan selalu ada untukmu wahai kekasih
Filosofi keraguanlah yang menciptakan tanya
Apakah kumampu tuk membuatmu bahagia?
Dalam kesederhanaan kuungkapkan fakta
Inginku temanimu dalam suka maupun duka
Apakah kumampu mewujudkan pada realita?
Tidaklah aku takut pada sikap penolakanmu
Justru yang kutakut jika kau terima tawaranku
Kutakut bila tak mampu membahagiakanmu
Kutakut kau terlalu banyak berharap padaku
Sementara aku selalu larut pada kesibukanku
Sehingga terkesan seakan mengacuhkanmu
Kuberpijak pada tepian jurang keangkuhanku
Maka doronglah aku atau kau raih tanganku
Tuk menghadapi kenyataan tanpa rasa ragu
Kuberharap pada ketidak pastian
Menunggu di batas akhir penantian
Biarkan waktu menentukan arah
Hingga kaki tak kuasa melangkah
Rasa cinta bukan rangkaian kata
Cukuplah untuk dimengerti saja
0 Response to "Sebuah Awal Dari Yang Keempat"
Posting Komentar