Hamudi Setiyawan Prabowo: When I'm Feeling Blue, But Not Kelabu

When I'm Feeling Blue, But Not Kelabu

Pernahkah diantara kalian menerima berita yang menyedihkan? Gue rasa pasti semuanya pernah mengalaminya, kecuali anda dilahirkan murni autis. Kali ini gue pengen sedikit bercerita tentang beberapa berita sedih yang sempat membuat jantungku berhenti berdetak karenanya. Percayalah, selama ini aku masih bisa menahan air mata, seperih apapun berita duka yang kuterima. Kecuali tiga kali. Selebihnya kuanggap sebagai ujian dari Yang Maha Adil untuk menempa mentalku dalam menjalani lembar demi lembar kehidupanku.

Pertama yaitu ketika umurku masih sekitar 5 tahun, waktu itu aku sempat lama menahan air mata sebelum akhirnya tumpah. Seluruh tulang dan persendianku seakan tak mampu menopang raga, bahkan kontra indikasinya masih membekas hingga kini. Di masa sekecil itu aku menerima beban yang teramat sangat pedih, sementara bibirku masih bisa menyunggingkan senyum kepada semua orang. Inilah kebohongan sempurnaku. Tapi bukanlah kisah ini yang ingin kukisahkan, tak mau aku membuka luka lama yang kini mulai mengering.

Kedua yaitu ketika ayahku meneleponku, memberi kabar bahwa beliau sedang dirawat di Rumah Sakit akibat kecelakaan kerja. Ternyata saat ayahku menelepon, itulah saat dimana kondisinya mulai membaik. Ketika kutanyakan, jawabnya tak ingin membuatku repot. Dan akulah orang yang pertama diberi kabar, tak mau dia membuat heboh mengharap belas kasihan orang lain, cukuplah orang tau bahwa keadaannya baik-baik saja. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kita sama-sama bisa menipu penilaian orang lain, pembohong yang sempurna. Hal inilah yang membuatku sedih, beliau sendirian menahan sakit, sementara dia selalu ada disaat aku membutuhkannya. Semoga Allah mempermudah jalan kami, aku ingin selalu ada untuknya dalam suka maupun duka.

Ketiga yaitu sebuah kabar yang membuatku begitu tegang sehingga apapun yang kulihat serasa tak menggairahkan minatku lagi. Aku bukanlah pencerita yang baik, tapi dengan keterbatasan kemampuanku, semoga kalian bisa menerimanya.

Berawal dari sebuah malam di minggu-minggu pertama bulan Ramadhan. Ketika itu gue baru saja menjalankan shalat Isya di mesjid, ketika hendak berlanjut ke tarawih tiba-tiba nih jantung berdegup kencang jgedug... jgedem... jgedag... Jgecess...(sepeti intro Binded in Chains A7X) konsentrasi pun buyar. Gue putusin aja untuk gak ngikutin tarawih, lalu beranjak pulang ke rumah (mungkin guenya aja yang males). Kucoba buat tidur, tapi mata ini lebih suka buat melotot. Aku pun baru bisa tidur setelah subuh keesokan harinya.

Paginya gue berangkat kerja seperti biasa. Kerjaan pun juga biasa, yang tak biasa siang itu aku menerima sms dari orang yang tak biasanya mengirim sms ke gue. Isi pesannya pun juga biasa, hanya menyuruhku nelpon balik seperti biasa. Ketika kutanyakan, yang ditanya menyuruhku menelpon adikku, dia mengabarkan bahwa adik gue mengalami kecelakaan.

Masyaallah, bagaikan petir disiang hari yang terik. Manusia macam apa yang demikian tega menghamili adikku. Pikiranku pun semakin kacau, tapi setelah berusaha menenangkan diri, barulah aku bisa berpikir jernih. Tak mungkin adikku hamil, secara dia kan cowok. Kemudian kuputuskan untuk menelpon dari wartel terdekat. 

"Hallo... Assalamu'alaikum" di seberang bibiku menjawab dengan suara yang seakan tak ada masalah "Waalaikum salam, ada apa mas?". "Nda ada apa-apa, cuma kangen aja dah lama gak nelpon! Galangnya ada gak? Pengen ngobrol sebentar". "Oooh... Galang lagi sekolah mas, ada Pesantren Kilat!". Sepintas sih terdengar gak ada masalah, tapi dari getar suaranya gue yakin pasti ada hal yang ditutup-tutupin dari gue, kamuflase. Ini cuma basa basi penutup kebohongan.

Tak mau bertele-tele, langsung aja gue tanya "Galang dirawat dimana?" sebenarnya pertanyaan gue cuma nebak, tapi akhirnya bibiku mengakui kebohongannya "Di Rumah Sakit Sragen, tadi kena musibah bus yang ditumpainya tabrakan, lukanya ringan. Ini lagi dirontgen ngecek apa ada luka dalam ndak. Ayah jangan dikasih tau dulu ya mas! Mas Galang baik-baik aja, ntar kalo sudah bener-bener sembuh baru dikasih tau"

Kronologis kejadian menurut versi adik gue gini:

Sabtu, 15 September 2007. Seperti hari-hari sebelumnya, adikku kalau berangkat ke sekolah menggunakan suatu jasa transportasi yang kalau di tempat gue namanya 'Angkot'. Tapi entah mengapa, hari itu dia tumben-tumbenan naik bus. Dan pilihan bus jatuh pada sebuah minibus Gaya Kerja bernomor polisi AD 1485 BT yang datang dari arah Sragen yang kala itu sedang menaikkan penumpang. Dari arah berlawanan truk gandeng bernomor polisi L 7230 TG yang mengangkut tetes tebu mencoba menyalip dua mobil di depannya.

Akan tetapi, jalan yang sedikit menikung dan bergelombang membuat truk gandeng kehilangan kendali dan menabrak bus berpenumpang lebih dari 20 orang tersebut. Bagian tengah truk gandeng yang keluar dari badan jalan langsung menghantam bagian depan bus. Dan kemudian terjadilah peristiwa tabrakan itu di Jalan Ngawi-Sragen Km 35, Kecamatan Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.

Konon katanya, ketika naik bus ada orang tua yang menyuruh adik gue untuk duduk di kursi yang dia tunjuk, yaitu di bagian belakang tak jauh dari pintu. Adik gue tak ingat persis apa yang menimpanya saat musibah itu terjadi karena langsung pingsan seketika. Yang dia ingat pada waktu kejadian, dia merasa seakan terbang kemudian mendarat di tempat yang empuk, lalu di bagian kaki terasa panas dan perih. Tentu saja, sebenarnya dia tidak terbang tapi terlempar, lalu mendarat di area persawahan yang relatif empuk, kakinya perih karena terkena pecahan kaca dan tumpahan oli panas.

Beruntung di TKP ada seorang warga yang ikut membantu proses evakuasi mengenali adik gue, maklumlah secara adik gue kan ganteng, walaupun kalau gue perhatiin masih gantengan gue. Segera dia membawanya ke puskesmas kemudian menghubungi pihak keluarga yang rumahnya dekat dengan insiden. Kalau diantara pembaca melewati Pondok Pesantren Gontor Putri I, diseberangnya ada sebuah rumah yang juga sebagai agen bus dan travel Rosalia Indah. Kalau mau ke Jakarta atau Surabaya, pesen tiketnya disana aja. Dirumah itu pula Setya Harmono dibesarkan (kalau belum tau siapa Harmono, baca di Realitanya Ngga Gitu ).

Kembali ke cerita, gayung pun bersambut berita ini diteruskan ke pihak keluarga dimana adikku tinggal. Seperti biasa, setiap mendengar berita buruk, eyang putri langsung ambruk. Begitulah kronologis kejadian yang bisa kusimpulkan.

Keadaanku masih labil, aku masih memantau dalam cemas perkembangan berita melalui media massa baik koran, televisi, internet, maupun telepati. Aku baru bisa tenang setelah berbicara secara langsung dengannya melalui telepon. Dengan mendengar suaranya, aku bisa memastikan keadaan seseorang saat itu. Bersyukurlah aku kepada-Nya karena musibah ini tidak fatal menimpa adikku, hanya mengguncang cara berpikirku yang efeknya berat badanku turun drastis sekitar 2,5 gram.

Secara pribadi gue sering melanggar apa yang diperintahkan-Nya, meskipun begitu pertolongan dari-Nya masih sering kurasakan. Sering gue menyesal atas sikap gue yang kurang mensyukuri nikmat-Nya, tapi dari situlah gue tau bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Dia tidak selalu mengabulkan do'a persis seperti yang kita minta, tapi Dia memberi jalan lain yang lebih baik bagi kita. Ketika gue berpikir bahwa hidup ini bagiku tak adil, Dia menunjukkan padaku jalan keadilan dari-Nya merupakan keadilan yang yang sesungguhnya. Disinilah letak keadilan Tuhan, keadilan dari Yang Maha Adil.

Ada bebera poin menarik yang kuhimpun pasca tragedi, diantaranya:
  1. Di televisi dikabarkan korban nyawa ada 11 orang, 6 orang luka berat, selebihnya patah tulang. Tapi adik gue tidak fatal, hanya beberapa jahitan akibat robek dibagian kaki. Coba lihat gambar (foto terlampir). 
  2. Sebelumnya gue sempat berprasangka yang tidak-tidak loh! Di Indonesia masih banyak orang yang mementingkan diri sendiri, tanpa menghargai kepentingan orang lain. Faktanya ketika adik gue membutuhkan pertolongan, eh yang ditolong sepatunya duluan. Untung aja harga sepatu jauh lebih murah dibanding harga nyawa. Buat yang mengambilnya: "lain kali selamatkan korbannya dulu, kalau ngga ikhlas membantu, bolehlah kau ambil barangnya sebagai ongkos jasamu" 
  3. Sebelumnya dibeberapa koran ada nama adik gue yang tercantum sebagai korban, tapi sekarang ketika kucari lagi sudah tak ada. Mungkin namanya telah dihapus dari database media online tersebut. Aku menduga ada keterlibatan Kelompok Jubah Hitam dalam sekuel Meitantei Conan Edogawa, dalam kasus ini. Hmmm...
  4. Udah dulu ya... Aku lupa mau nulis apa di poin keempatnya. Maklumlah, manusia itu tempatnya lupa. Oleh karena itu aku menulisnya, biar gak lupa dan biar aku selalu bersyukur pada-Nya. Ibarat komputer, otakku adalah RAMnya sebagai penyimpanan primer (memori utama) dan catatan ini adalah sebagai HARDDISKnya atau sebagai memori sekundernya
  5. Yee... Masih dibaca juga! Udah habis wooii...




    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • Twitter
    • RSS

    0 Response to "When I'm Feeling Blue, But Not Kelabu"

    Posting Komentar